
Pendidikan Karakter Melalui Aturan Berpakaian
Mahasiswa pendidikan kerap kali gampang dikenali dari penampilannya yang condong lebih formal dibandingkan mahasiswa jurusan lain. Pilihan pakaian mereka yang didominasi oleh kemeja, celana panjang, dan rok span, dan juga sepatu yang sopan, menciptakan kesan profesional dan siap kerja. Kesan ini bersamaan dengan citra seorang pendidik yang dituntut untuk tampil rapi dan berwibawa di hadapan siswa.
Dibandingkan dengan mahasiswa jurusan seni yang condong lebih ekspresif dalam berpakaian atau mahasiswa teknik yang lebih praktis, mahasiswa pendidikan kerap memilih pakaian yang lebih simpel tetapi tetap menonjolkan kerapian. Pilihan warna yang condong netral dan potongan yang klasik makin memperkuat identitas mereka sebagai calon pendidik. Aturan ini biasanya berlaku di tiap tiap jurusan dan fakultas pendidikan di tiap tiap kampus di Indonesia, seumpama Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Lampung.
Aturan yang dikeluarkan dalam Surat Edaran Nomor 6353/UN26.13/KM/2022 dan ditandatangani oleh Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan terhadap saat itu menekankan tata pergaulan dan tabiat bagi mahasiswa FKIP Universitas Lampung, juga di antaranya ketentuan soal pakaian dan tampilan formal mahasiswa. Dalam surat tersebut, disebutkan bahwa mahasiswa FKIP dilarang mengenakan kaos oblong, pakaian yang berbahan jeans atau denim, pakaian yang ketat dan tembus pandang, dan juga tidak mengenakan sendal atau sepatu gunung.
Mahasiswa tidak diperkenankan memiliki rambut panjang menutupi telinga. Bagi mahasiswi, tidak diperkenankan manfaatkan riasan terlalu berlebih dan juga manfaatkan celana panjang berbahan apa pun, seumpama denim, dasar, atau jeans. Meskipun keluar kaku dan terlalu banyak tuntutan, nyatanya ketentuan ini dibuat bukan tanpa tujuan. Aturan berpakaian mahasiswa, kecuali diterapkan dengan bijak, dapat menjadi salah satu cara efektif dalam menanamkan pendidikan karakter.
Seragam atau ketentuan berpakaian yang sadar dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, disiplin, dan tanggung jawab di kalangan mahasiswa. Selain itu, ketentuan ini juga dapat menopang mahasiswa sadar pentingnya etika berpakaian yang sesuai dengan lingkungan akademik. Tujuan utama pendidikan pembawaan adalah membentuk individu yang berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan mandiri. Aturan berpakaian semata-mata salah satu alat yang dapat digunakan.
Pakaian formal yang menjadi ciri khas mahasiswa pendidikan bukan cuma sekadar tuntutan aturan, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai yang idamkan ditanamkan dalam diri seorang pendidik. Melalui tampilan yang rapi, mahasiswa diharapkan dapat menanamkan kesadaran dapat pentingnya etika berpakaian dan menambahkan semisal yang baik bagi siswa. Meskipun condong formal, mahasiswa pendidikan juga dapat menampilkan style spesial mereka lewat penentuan aksesoris atau detil kecil terhadap pakaian.
Misalnya, dengan manfaatkan dasi dengan motif unik atau bros yang menarik, mereka tetap dapat tampil menarik tanpa mengesampingkan kesan profesional. Tuntutan dapat pakaian formal dan rapi bagi mahasiswa fakultas pendidikan slot terbaru seringkali menjadi perbincangan hangat. Di satu sisi, ini diakui sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai profesionalisme dan kesopanan sejak dini.
Di sisi lain, tersedia pula yang berpendapat bahwa ketentuan berpakaian yang terlalu kaku dapat menghindar kreativitas dan ekspresi diri mahasiswa sebagai generasi muda. Jika ditinjau kembali, ketentuan layaknya ini barangkali makin fleksibel dan dikesampingkan. Sudah banyak mahasiswa yang melanggar ketentuan pakaian tanpa tersedia peringatan yang tegas. Tentunya hal ini mesti menjadi sorotan supaya ketentuan dapat ditegakkan dengan harusnya dan seluruh terjadi tertata sesuai kesepakatan.
Sebenarnya, pakaian formal dapat menumbuhkan sikap profesionalisme dan kesiapan mahasiswa untuk terjun ke dunia kerja sebagai seorang pendidik. Penampilan yang rapi dan sopan menambahkan kesan yang baik dan dapat menjadi semisal bagi siswa di sesudah itu hari.
Aturan berpakaian yang ketat dapat merawat marwah institusi pendidikan, khususnya fakultas pendidikan yang mencetak calon guru. Penampilan yang representatif dapat menambahkan citra positif bagi lembaga dan profesi kependidikan. Melalui pembiasaan berpakaian formal, mahasiswa dilatih untuk disiplin, bertanggung jawab, dan menghargai aturan. Nilai-nilai ini terlalu mutlak untuk dimiliki oleh seorang pendidik.

Jusuf Kalla Kritik Kinerja Mendikbud Nadiem Tentang Pendidikan
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla atau JK mengkritik kinerja Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atau Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim. Dia menilai eks bos Gojek itu tidak memiliki cukup pengalaman di dunia pendidikan. Mulanya JK menjelaskan sejumlah nama menteri pendidikan berasal berasal dari masa ke masa, merasa berasal berasal dari Ki Hadjar Dewantara, hingga Anies Baswedan. Dia menilai, sederet nama menteri itu memiliki keahlian di bidang pendidikan.
“Ada Muhadjir, tersedia Anies. Ada Mas Nadiem yang tidak memiliki pengalaman pendidikan,” kata JK di dalam forum diskusi ‘Menggugat Kebijakan Anggaran Pendidikan’, dipantau berasal berasal dari YouTube TV server jepang Parlemen, Sabtu, 7 September 2024.
Menurut JK, didalam membangun perusahaan yang baik membutuhkan Chief Executive Officer serta direktur-direktur yang mumpuni. Dia mengungkapkan, persoalan pertama yang wajib dilakukan untuk menciptakan perusahaan yang baik ialah memilih person pemimpin. Kedua, katanya, soal program dan obyek yang bakal dikerjakan. “Orang dulu, apa programnya, apa yang mau dicapai. Baru berapa anggaran. Jangan kebalik,” kata JK.
Dia termasuk memberi tambahan kritik kepada Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim didalam kinerjanya selama lima th. menjabat. JK mengatakan, bahwa eks bos Gojek itu tidak punyai lumayan pengalaman di dunia pendidikan. Mulanya JK mengatakan sejumlah nama menteri pendidikan dari jaman ke masa, mulai dari Ki Hadjar Dewantara, Muhadjir Effendy sampai Anies Baswedan. Dia menilai, sederet nama menteri itu punyai keahlian di bidang pendidikan.
JK menyebut, kinerja Nadiem sebagai menteri pendidikan tidak pernah datang ke daerah dan jarang berkantor. Menurut dia, kementerian yang dipimpin oleh Nadiem ini memiliki cakupan yang luas. Tak cuma pendidikan, kata JK, tapi juga perihal kebudayaan, riset, dan teknologi. Karena itu, JK menilai mesti sosok yang berkompeten untuk isikan pos tersebut.
“Titip orang yang jarang ke kantor. Minta maaf ya. Saya katakan saja sehingga (menteri) yang ke depan jangan begitu lagi,” kata JK. JK menganalogikan kepemimpinan kementerian pendidikan dengan perusahaan. Menurut dia, di dalam membangun perusahaan yang baik perlu Chief Executive Officer serta direktur-direktur yang mumpuni.
Dia mengungkapkan, persoalan pertama yang mesti dikerjakan untuk menciptakan perusahaan yang baik ialah memilih pemimpin. Kedua, soal program dan tujuan yang akan dikerjakan. “Orang dulu, apa programnya, apa yang rela dicapai. Baru berapa anggaran. Jangan kebalik,” kata JK.
Dia mengatakan, kecuali menteri pendidikan tak sangat memahami dengan bidangnya, maka berapapun anggaran yang dipunya tak berarti. Karena itu, menurut JK, untuk melaksanakan perbaikan mutu pendidikan bukan cuma melaksanakan perbaikan anggarannya, tapi juga pemimpinnya. “Kalau enggak memahami pendidikan, beginilah. Mau berapa sekian ratus triliun dikasih, akan hancur-hancuran. Ini keluhan seluruh orang,” kata JK.
Belum tersedia respons berasal berasal dari Kemendikbudristek ihwal pengakuan JK tersebut. Ketika dihubungi, Inspektur Jenderal Kemendikbudristek, Chatarina Girsang memperlihatkan bahwa tidak bisa beri tambahan informasi apa pun. Dia menghendaki sehingga menanyakan perihal itu ke Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat atau BKHM Kemendikbudristek.
Pelaksana Tugas BKHM Kemendikbudristek, Anang Ristanto urung membalas pesan pertanyaan pas dihubungi terhadap Sabtu, 7 September 2024. Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti cuma membaca pesan pertanyaan, belum tersedia jawaban yang diberikan hingga berita ini ditulis.